Sabtu, September 12, 2009

1001 Jalan dan Kesempatan

Herry Prasetyo


"Inilah jalanmu!" - hanya ungkapan itulah yang selalu menjawab banyak pertanyaan saya tentang pengalaman hidup yang harus saya alami. "Mengapa saya harus begini... mengapa saya harus begitu, mengapa orang lain bisa seperti itu sedangkan saya harus mengalami hal sebaliknya, mengapa harus saya, bukan dia..." dan seterusnya. Banyak sekali pertanyaan hidup, yang seakan berupa gugatan kepada Tuhan mengapa "kegagalan, kesedihan berkepanjangan atau kesulitan yang amat berat seakan ‘teror tak ada habisnya" harus saya yang mengalami, bukan orang-orang tertentu yang seakan selalu diberi kemudahan dan penuh sukacita. 

Sore ini pun, saya kembali diingatkan pada ungkapan itu, "inilah jalanmu", ketika saya harus menembus kemacetan akibat perbaikan jalan rusak yang menuju rumah saya. Saya memang sengaja melewati jalan rusak yang sedang diperbaiki itu, "bermacet ria", hanya ingin melihat proses perbaikan jalan. Saya lihat banyak pihak dan alat yang terlibat dalam proses perbaikan itu, sementara orang yang ingin memakai jalan tersebut harus bersabar. Proses perbaikan berjalan dari awal kerusakan parah hingga “proses penyembuhan” menjadi jalan yang mulus. 

Aspal yang panas dimuntahkan untuk menutup lubang kerusakan jalan. Seandainya tubuh jalan yang rusak itu bisa mengaduh, pasti jeritan kesakitan akan terdengar hingga ujung yang jauh dari jalan itu. Banyak orang juga akan tak tega melihat benda panas harus ditambalkan pada jaringan-jaringan kerusakan jalan. Namun, itulah yang terjadi. Jalan yang rusak harus diperbaiki dengan “cara yang keras”, demi kekuatan dan daya tahan yang semakin mantap. Alat-alat berat lainnya menghantam tubuh jalan hingga akhirnya si jalan menjadi mulus, baik kembali. Si jalan menjadi berguna kembali, dapat dilalui banyak kendaraan dan lalu lalang banyak orang. Proses perbaikan jalan akhirnya selesai dan orang menjadi mampu memakainya untuk banyak keperluan.

"Inilah jalanmu!" Ungkapan tersebut semakin meneguhkan diri saya jika saya mengingat proses perbaikan jalan yang menimbulkan kesulitan karena orang mengalami kemacetan, misalnya. Saya umpamakan diri saya menjadi jalan yang rusak parah itu. Saya mungkin harus menangis dan mengaduh karena banyak "aspal panas" berupa pengalaman hidup yang berat harus saya terima demi proses pendewasaan iman, demi proses perbaikan cara berpikir dan bertindak. Ibarat jalan yang rusak, saya mungkin harus mengalami kegagalan, namun kembali dipulihkan dan dikuatkan dengan cara yang tak pernah saya tahu 100 persen sebelumnya.

"Inilah jalanmu!" seakan memberi kesaksian kepada diri saya bahwa Tuhan memberikan 1001 kesempatan untuk memperbaiki diri, menambal kerusakan iman, kerusakan pikiran, serta kerusakan semangat, meski saya harus selalu berhadapan dengan tantangan. Banyak kesempatan terkandung di dalam campuran proses perbaikan yang melelahkan dan menyakitkan itu, memberikan keseimbangan kepada hidup saya untuk berkembang. Kesempatan yang selalu memberikan harapan baru bahwa masih ada waktu untuk berbenah, masih ada ruang untuk berekspresi dan berkreasi, tinggal apakah saya mau memanfaatkan kesempatan itu dengan baik ataukah tidak. 

Tak Ada yang Mustahil
Tak ada hal yang mustahil di mata Tuhan. Itulah yang kemudian meyakinkan diri saya karena melalui caranya yang luar biasa dan sangat hebat, dia membenahi hidup saya. Tidak pernah ada orang yang tahu bahwa proses yang sedang saya alami demikian berat, bahkan sesekali harus berontak "kenapa harus saya", tapi Ia yang Maha Tinggi selalu memberikan penguatan "inilah jalanmu", lalui dan nikmati lalu rayakan, apa pun itu rasanya. Jika pedih perih, rasakanlah. Jika banyak cobaan dan tantangan, hadapilah. Jika ada kemenangan, tetaplah selalu berbenah. Tidak ada jalan lain yang lebih dahsyat, unik, dan luar biasa banyak berkat, selain jalan yang telah dikaruniakan kepada saya dari Dia yang merupakan jalan kebenaran dan hidup.

Tulisan pendek ini benar-benar bersumber dari kisah nyata yang saya sajikan dari sisi permukaannya saja. Kisah nyata ini pun sangat mungkin Anda alami, bahkan mungkin jauh lebih hebat dan rumit, karena proses perbaikan jalan hidup dan kesempatan yang ada di dalamnya, tidak hanya dikaruniakan kepada saya, tetapi juga kepada Anda. Seperti jalan rusak yang harus melalui penempaan, itu pula rupa hidup saya setiap saat yang harus selalu diteguhkan dan dikuatkan. Begitupun dengan Anda. Di sela-sela proses perbaikan diri itulah, 1001 kesempatan yang tersedia untuk saya bertumbuh dan berkembang, harus saya respons dengan segenap hati dan kecerdasan pikiran. Dengan demikian, saya pun ingin turut menikmati karunia hidup yang tak pernah habis digali makna dan misterinya, bersama-sama dengan Anda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar