Sabtu, September 26, 2009

SETIAP ORANG BERHAK SUKSES

7 Kiat Menegur Bawahan 


Bila bawahan mempersembahkan karya yang gemilang, 
atau setidaknya bekerja dengan baik,
 jangan lupa berikan penghargaan. 
Minimal, ungkapkan penghargaan Anda dengan ucapan terima kasih.



Oleh: Herry Prasetyo

Menjadi atasan atau pimpinan gampang-gampang susah. Selain itu juga ada suka maupun dukanya. Dan, seorang atasan atau pimpinan, harus berinteraksi dengan bawahannya, yang sama-sama memiliki suatu tugas dan tanggung jawab.
 Dalam berinteraksi itulah, kadang terjadi benturan-benturan yang tidak menyenangkan. Mungkin bawahan Anda melakukan kelalaian atau kesalahan. Untuk itulah, Anda berhak dan bahkan wajib menegurnya, agar kesalahan yang dilakukan tidak terulang lagi, sehingga aktivitas di kantor tidak terganggu. Namun, ada saatnya pula, Anda sebagai atasan, perlu memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih, karena bawahan Anda melakukan pekerjaan dengan sempurna. Bagaimanakah kiat yang jitu agar Anda mampu menegur bawahan dengan bijak? 

1. Jangan memberi teguran di tempat dan waktu yang salah
Kadang, karena terlalu emosi, seorang atasan menegur bahkan memarahi bawahannya di tempat yang kurang pas. Misalnya, di depan para karyawan lainnya yang sedang santai beristirahat. Atau mempermalukan karyawan di saat rapat. 
Seorang bawahan yang tiba-tiba kena tegur atau kena marah atasannya di tempat dan waktu seperti ini, kadang membekas di hati dalam waktu yang lama. Bahkan, bisa menjadi dendam. Sebab dia tidak terima dipermalukan di depan teman-temannya. Akan lebih bijaksana, bila atasan memanggil bawahan yang memang harus ditegur itu ke ruang kerjanya. Ditunjukkan kesalahannya. Bila kesalahannya ringan, tegurlah secara lisan. Selain itu, beri jalan keluar agar dia tidak mengulangi kesalahan tersebut. Jangan asal bentak pada saat dan tempat yang tidak tepat.
Jika Anda mampu menegur pada saat dan tempat yang tepat, bawahan akan menghargai Anda. Dan dia akan kembali bekerja dengan perasaan plong, tanpa sakit hati karena merasa dipermalukan. 

2. Tegur bawahan sesuai prosedur yang telah disepakati bersama
Menegur bawahan biasanya ada mekanismenya. Untuk itu, Anda sebagai atasan perlu menaati mekanisme tersebut. Bila kesalahan bawahan tergolong ringan, tegurlah dengan lisan. Bila kesalahannya tergolong berat, Anda bisa memberikan teguran secara tertulis, tapi bertahap. Dari teguran pertama hingga ketiga. Selanjutnya, Anda bisa menjatuhkan sanksi yang berat, misalnya menskors atau membebastugaskan bawahan Anda. Yang penting Anda pahami, jangan sekali-kali keluar dari mekanisme yang ada. Sebab banyak mata dan hati melihat cara Anda sebagai atasan, menegur para bawahan. Sekali salah langkah, bisa-bisa Anda sendiri jatuh dari “kursi” kepemimpinan. 

3. Jangan campuradukkan masalah pribadi dengan masalah kantor
Baru saja tiba di kantor, seorang atasan tiba-tiba membentak bawahannya. Padahal, sang bawahan belum mengetahui apa kesalahan yang diperbuatnya. Bentakan itu bukan hanya terdengar oleh bawahan yang kena marah, tapi juga mengagetkan karyawan lainnya. Selidik punya selidik, ternyata sang atasan hanya melampiaskan kemarahannya karena baru bermasalah dalam rumah tangganya.
 Sebagai seorang yang profesional, hal itu tidak perlu terjadi. Apalagi Anda sebagai atasan yang tentu saja memiliki nilai lebih dibandingkan anak buah. Baik itu dalam hal mengendalikan emosi maupun dalam hal berpikir sehat dan jernih dalam melihat suatu permasalahan. Sebelum masuk kantor, alangkah baiknya Anda menata batin sejenak. Misalnya dengan menghela napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Niscaya emosi akan terkendali, bahkan hilang sama sekali. Pikiran Anda pun lalu tertuju pada tugas-tugas rutin di kantor dan menjadi inspirator bagi bawahan Anda. Ingat, jangan buang kesal di depan bawahan Anda.

4. Buatlah suatu teguran bukan seperti teguran 
Menegur seseorang dan orang tersebut tidak merasa ditegur, tapi merasa diberi masukan, adalah tindakan yang bijaksana. Untuk bisa melakukan hal ini, Anda perlu melatih kedewasaan sebagai seorang pemimpin. Emosi, objektivitas, logika berpikir dan berbahasa, serta pandangan jauh ke depan perlu Anda olah sedemikian rupa. Sehingga ketika Anda sedang dalam situasi “geram” kepada anak buah, pelampiasannya konstruktif. Tidak asal “jewer” atau asal “sentil”. Sebisa mungkin, buatlah bawahan merasa nyaman dalam memperbaiki kesalahannya.

5. Ajak bawahan memperbaiki kesalahan bersama-sama dengan Anda
Sebagai seorang atasan, Anda perlu jeli melihat kemampuan bawahan. Kemungkinan, kesalahan yang dilakukan bawahan karena memang dia sudah tidak tahu lagi jalan keluar untuk memperbaiki kesalahannya. Di sinilah Anda perlu “masuk” ke dalam wilayah kerja bawahan Anda. Ajak dia memperbaiki kesalahan bersama-sama dengan Anda. Sebab sebagai pemimpin, Anda wajib menutup kelemahan anak buah. Ini sebenarnya juga suatu bentuk teguran, tapi sangat halus sifatnya. Namun, bisa jadi bentuk seperti ini malah membuat bawahan Anda cepat memahami seluk-beluk pekerjaan mereka. Bahkan, bawahan mampu mengembangkan tugas-tugasnya lebih dahsyat lagi. Jauh dari yang ada dalam bayangan Anda! Ini karena tidak lepas dari cara Anda memberi teguran yang simpatik.

6. Jangan pilih kasih kepada bawahan
Siapa pun yang bersalah, tegurlah! Nasihat itu mungkin ada baiknya Anda hiraukan. Sebagai atasan, sebaiknya Anda tidak pilih kasih, bahkan memiliki “anak emas”. Siapa pun karyawan yang bersalah, jangan ragu untuk diberi teguran. Jika Anda memiliki anak emas yang menjadi andalan Anda, biasanya menimbulkan iri hati pada karyawan lain. Biasanya pula, Anda jadi takabur. Anak emas Anda yang mungkin saja bisa “bertingkah”, luput dari teguran Anda. Padahal, Anda wajib menegur anak emas Anda itu. Jadi, langkah sederhana yang bisa Anda lakukan, jangan pilih kasih, dekatlah secara wajar kepada setiap bawahan, dan… tidak perlu memiliki “anak emas”. Tapi milikilah karyawan-karyawan yang tangguh dan profesional di bidangnya.

7. Identifikasi dengan benar siapa yang bersalah
Bisa jadi, kesalahan dilakukan oleh beberapa karyawan yang saling berkaitan dalam suatu tugas. Untuk itu sebagai atasan, Anda harus jeli mengidentifikasi siapa dari karyawan Anda yang benar-benar melakukan kesalahan. Identifikasi masalah yang tepat dari Anda, tidak akan menimbulkan kerumitan baru, yang membuat antar-karyawan saling menyalahkan. Tunjuk dengan tegas yang benar-benar melakukan kesalahan, dan berikan sanksi sesuai mekanisme yang ada. Jangan membuat keputusan mendua, yang bisa menimbulkan banyak penafsiran.  

Semoga cara-cara di atas menjadi bahan inspirasi bagi Anda dalam memberi teguran kepada bawahan. Tidak ada kesalahan bawahan yang tidak bisa diperbaiki. Moto itu perlu Anda pegang sebagai seorang pemimpin. Dan yang lebih penting, dalam menegur, jangan memosisikan Anda sebagai seorang bos besar yang leluasa meluapkan emosi maupun kemarahan. Sebaliknya, bila bawahan mempersembahkan karya yang gemilang, atau setidaknya bekerja dengan baik, jangan lupa berikan penghargaan. Minimal, ungkapkan penghargaan Anda dengan ucapan terima kasih.

Kamis, September 17, 2009

Meditasi di Saat Krisis

oleh: dr Yahya Wardoyo

 Banyak cara mengelola diri, terutama di saat krisis atau stres, salah satu caranya adalah dengan meditasi. Berikut kiat bermeditasi dari dr. Yahya Wardoyo, SKM, semoga bermanfaat untuk Anda.
 1. Duduklah di tempat yang nyaman (sofa, kursi goyang, kursi malas); atau berbaring di kasur agak keras (tapi jangan siap tidur).
 2. Hindarkan gangguan, misalnya matikan semua sumber bunyi (TV, radio), tutup pintu, matikan telepon, HP, atau pesan orang di sekeliling Anda agar tidak mengganggu, gaduh selama 10 menit saja.
 3. Bernapas lambat dan dalam: (a) tarik napas melalui hidung. Selama menarik napas, tempelkan ujung lidah di balik pangkal gigi seri; (b) tarik napas sedalam-dalamnya Anda mampu; di puncak tarikan, tahan sejenak (3 hitungan), (c) keluarkan napas perlahan-lahan dari mulut dengan meniup lewat mulut, sampai habis; di dasar embusan napas, tahan 3 hitungan, (d) barulah mulai menarik napas seperti tadi (diulang).
 4. Selama proses menarik napas, menahan, meniup (mengembuskan), menahan dan seterusnya, arahkan pikiran pada proses napas itu sendiri: gambarkan udara yang kaya oksigen memasuki lubang hidung, melewati jalan napas, mencapai paru-paru, di sana ditahan, memberi kesempatan oksigen masuk darah, bertukar dengan karbon dioksida dari darah; kemudian saat mengembuskan, gambarkan udara ‘kotor’ yang mengandung karbon dioksida itu keluar, lewat jalan napas, lewat mulut, keluar. Dan seterusnya.
 5. Upayakan ini berjalan tanpa gangguan selama 10 menit saja maka Anda akan mendapati bahwa denyut nadi Anda akan turun (melambat) seiring dengan melambatnya pernapasan.
 Perlambatan napas dan denyut nadi memberikan sinyal kepada otak bahwa Anda “berada dalam keadaan aman”. 

Selasa, September 15, 2009

3 Tip Singkat

TENTANG IMAJINASI 
Dalam bidang kerja apa pun, Anda memerlukan imajinasi agar pekerjaan, karier, maupun bisnis Anda tidak hambar. Bayangkan bila pikiran Anda tidak “berputar-putar” mencari ide untuk membuat pekerjaan Anda “penuh warna”, tidak monoton. Anda mungkin cepat terserang kebosanan! Ingatlah bahwa karya-karya gemilang, seperti di dunia film, musik, maupun sastra, tercipta karena imajinasi penciptanya bekerja dengan sangat baik. Mereka mampu menghasilkan karya yang luar biasa dan menikmati kesuksesan dengan modal imajinasi.

TENTANG ORANG-ORANG PILIHAN
Kesuksesan sering kali diawali dengan bekerja sama dengan orang lain; dan orang lain itu adalah benar-benar “orang-orang pilihan”. Tidak sembarang orang dapat Anda ajak untuk bersama-sama menjemput kesuksesan. Banyak alasannya mereka tidak tepat Anda ajak bekerja sama, mungkin mereka takut risiko, malas, tidak berani mencoba hal baru, orang-orang yang percaya kepada nasib tanpa mau berusaha mengubahnya, atau orang-orang yang terperangkap kekhawatiran yang mereka ciptakan sendiri. Orang-orang seperti ini, hindarilah! Kesuksesan yang akan Anda petik membutuhkan pribadi-pribadi yang tangguh, orang-orang pilihan.

TENTANG KARISMA
“Karisma hanya dimiliki oleh orang-orang besar. Karisma hanya melekat pada para pemimpin yang sukses!” – demikianlah anggapan banyak orang, mungkin juga Anda. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena karisma bisa melekat pada diri siapa saja, termasuk Anda. Dan, karisma inilah yang akan menuntun Anda pada langkah keberhasilan dalam hidup; keberhasilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Karisma sebenarnya juga telah melekat pada diri Anda, sebelum Anda menyadarinya. Oleh karena itu, hal utama yang harus Anda lakukan adalah: kenali karisma Anda!

Kiat Karyawan Jago Lobi

Untuk meraih kesuksesan yang menjadi target akhir dari seluruh usaha yang kita lakukan, sering kali kita tidak tahu cara yang tepat dan jitu. Kita mungkin malah hanya melakukan kegiatan rutin yang nuansanya sama sekali nol, tidak ada variasi, juga tidak ada progres yang jelas. Mengalir sajalah; itu kata yang sangat mudah kita ucapkan. “Yang penting bertindak, bertindak, dan terus bertindak…”
Oke, tidak ada hal yang salah dengan tindakan itu; hanya perlu cara dan strategi… dan lobi! Anda perlu tahu tentang hal-hal tersebut. Dengan lobi dan strategi itu, misalnya, Anda akan mudah mengetahui “tempat terbaik” dalam bisnis Anda, dalam karier Anda, juga ketika Anda sedang menapaki jalan sebagai karyawan menuju kehidupan yang lebih baik. 
Buku ini semoga bisa menjadi bahan inspirasi untuk Anda mempersiapkan diri melobi orang lain sehingga Anda bersama mereka bisa berhasil mewujudkan keinginan Anda. Ingatlah bahwa hampir setiap hari kita bersentuhan dengan “melobi orang lain”, mempengaruhi mereka, membujuk relasi Anda, namun mungkin dalam bentuk yang sangat sederhana. 

Senin, September 14, 2009

Anak Sumber Inspirasi

ANAK-anak adalah sumber inspirasi, sumber motivasi, dan bisa dikatakan “sumber untuk menikmati hidup” bagi kita sebagai orang tua. Tidak heran bila banyak petunjuk, banyak sumber, banyak buku, dan banyak ahli anak menyarankan kepada orang tua untuk berada “di samping anak”, apalagi ketika anak-anak sedang bertumbuh dan berkembang. 

Anda tentu juga ingin mempersembahkan hadiah terindah untuk anak-anak. Anda tentu ingin buah hati juga bertumbuh dan berkembang dengan wajar, cerdas-kreatif, dan menjunjung tinggi moral dan agama. Anda pun menginginkan anak-anak tidak cengeng, tidak mudah patah semangat, dan tidak mudah menyerah ketika ada kegagalan dalam hidup mereka.

Buku Anakku Bisa! ini bisa menjadi salah satu sahabat Anda dalam mendidik anak. Disajikan dengan sederhana, nyantai, dan mudah dicerna, Anda akan terinspirasi menikmati momen-momen terindah dan terbaik bersama anak Anda. Hasil akhirnya semoga terwujud kesuksesan anak-anak kelak ketika mereka dewasa; ketika mereka harus mencerna makna hidup dan kebahagiaan dengan cara pandang mereka sendiri. 


Sumber: Herry Prasetyo, Anakku Bisa!, Penerbit Sketsa Inti Media, Jakarta.

Hidup Lebih Bahagia Bersama Endorfin


Emmy Liana Dewi
Ibu Rumah Tangga, pendidik & trainer relaksasi



Endorfin adalah substansi penting dalam kehidupan kita, menjadikan diri kita nyaman dengan diri sendiri, dan menyebabkan kita menjadi senang dan bahagia. Kita menjadi mampu beraktivitas dengan gerak lebih banyak. Endorfin mempunyai efek sedatif, menjadikan kita merasa lebih damai dan tenang. Kata endorfin/endhorphine berasal dari endogenous dan morphine, yang artinya adalah morfin alami yang dihasilkan oleh diri manusia sendiri, tepatnya dari kelenjar hipofisis dan hipotalamus yang terletak di dasar tengkorak (Wikipedia). Di dasar tengkorak jugalah terletak otak yang mengatur emosi (emotional brain), sehingga sangat erat hubungan endorfin dan emosi kita. Endorfin mengurangi rasa nyeri, menghilangkan stres, sedih, depresi, maupun rasa cemas dan menjaga kesehatan mental kita.


Kata morfin berhubungan erat dengan endorfin. Morfin pada awalnya dipakai dalam dunia medis untuk mengurangi rasa nyeri, untuk sementara waktu membawa si pemakainya merasa nyaman sejenak, melupakan rasa nyeri yang menderanya. Karena itulah banyak orang memakai morfin untuk mencapai kenikmatan sesaat dengan biaya dan risiko yang tinggi. Selain mahal harganya, morfin tidak bisa dibeli bebas, dan membuat sang pemakai kecanduan dan mengalami efek sampingan yang membahayakan kesehatan otak. Sedangkan endorfin bisa didapat dengan gratis dan mudah. Selain bisa mengurangi rasa nyeri, endorfin membuat tubuh makin sehat, relaks, dan tanpa efek samping yang berbahaya. Hanya diperlukan usaha dari dalam diri untuk mendatangkan sang hormon bahagia ini. Seperti morfin, endorfin membuat sang penikmatnya menjadi ketagihan untuk lebih banyak melakukan aktivitas gerak guna mengundang sang pembawa rasa bahagia.

Endorfin tidak datang secara tiba-tiba di dalam tubuh dan kehidupan kita. Kita perlu melakukan beberapa usaha untuk mendatangkan hormon bahagia ini, karena hormon ini akan muncul bila cadangan glukosa dalam tubuh mulai habis. Otot tubuh membutuhkan oksigen yang cukup guna membakar glukosa menjadi adenosine triphospate (ATP) yang akan diubah menjadi energi yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh kita. Ketika glukosa habis, barulah lemak dibakar. Pada saat glukosa habis dibakar inilah endorfin mulai muncul. Dan inilah jawaban pentingnya melakukan aktivitas olahraga yang teratur untuk membakar glukosa melalui aktivitas otot yang akan menghasilkan ATP sehingga endorfin akan muncul dan membawa rasa nyaman, senang, dan bahagia. Sehingga setelah kita melakukan aktivitas olahraga, tubuh terasa lebih bugar walaupun olahraga telah menggunakan tenaga dari tubuh kita. Jadi, kaitan tingkat stres dengan olahraga yang teratur makin tampak pola hubungannya. Olahraga yang teratur merupakan salah satu syarat mutlak untuk mengurangi tingkat stres yang tinggi.

Salah satu olahraga yang meningkatkan hormon endorfin secara maksimal adalah yoga. Yoga menggabungkan peregangan otot secara teratur dan maksimal disertai pernapasan yang dalam dan teratur yang akan memasok oksigen lebih maksimal yang sangat berguna membakar glukosa pada saat meregangkan otot. Pada saat selesai melakukan yoga, biasanya orang akan merasakan kenyamanan dan relaksasi yang dalam, bukan rasa lelah atau capai. Konon kata banyak orang, yoga bisa memperpanjang usia dan membuat orang yang mempratikkannya akan awet muda. Kegiatan fisik lainnya yang meningkatkan hormon endorfin adalah membawa belahan jiwa Anda sampai ke puncak yang akan membawa perasaan relaks, nyaman, dan bahagia. Anda bisa melihat pada belahan jiwa Anda, yang akan berbinar-binar mata dan wajahnya karena sang endorfin bersamanya. Beberapa buku menuliskan bahwa faktor usia tidak menghalangi kegiatan romantis ini jika tubuh selalu bugar. Jadi, memang terlihat adanya hubungan yang sangat erat antara tubuh yang sehat dengan hormon bahagia ini. 

Ingin hidup lebih bahagia? Undanglah endorfin, sang hormon pembawa rasa gembira dan bahagia. Nikmatilah hidup Anda dengan lebih bergairah dan perbanyak aktivitas raga Anda. 

(Emmy Liana Dewi/esuhendro@yahoo.com: Ibu Rumah Tangga, pendidik & trainer relaksasi.)

10 Langkah Sukses Jadi Atasan Baru

Herry Prasetyo 


 Seseorang yang berkarier, pasti menginginkan kedudukan. Kalau bisa, mencapai kedudukan setinggi mungkin. Sehingga tidak selamanya menjadi bawahan, yang selalu diperintah atasan. Dengan menduduki jabatan tertentu, misalnya direktur ataupun supervisor, prestisenya naik dan mendapat penghargaan dari lingkungan kerja maupun keluarga.
 Akan tetapi, ada juga orang yang dalam kariernya belum siap menduduki jabatan tertentu yang dipercayakan kepadanya. Sehingga ketika dipromosikan memangku jabatan baru, misalnya menjadi direktur keuangan atau supervisor pemasaran, ia gelagapan. Segudang pertanyaan muncul dalam benaknya: ‘Mampukah saya?’ ‘Apakah pimpinan sudah pas memilih saya?’ ‘Bagaimana dengan rekan-rekan kerja, apakah mendukung saya, apakah mereka tidak menaruh dendam yang bisa membuat saya jatuh?’
 Bila Anda termasuk orang yang sebenarnya mendapat kepercayaan dari atasan, tetapi masih ragu dan tidak enak hati menjalankannya, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Cobalah untuk sejenak melihat tips berikut.

Bersyukur
Pertama kali yang bisa Anda lakukan adalah mengucap syukur kepada Tuhan. Sebab karya Anda diberkati. Karier Anda meningkat, dan kesejahteraan Anda dan keluarga pun meningkat. Ucapkan terima kasih pula kepada atasan Anda, karena dia telah mempercayai Anda menduduki suatu jabatan penting. 

2. Percaya Diri  
  Atasan menunjuk Anda menduduki suatu jabatan tertentu, pasti tidak sembarang pilih. Ia tentu sudah mempertimbangkan jauh-jauh hari, mengevaluasi kinerja Anda dan membandingkan prestasi Anda dengan rekan kerja Anda. Jadi, bila kesimpulan jatuh kepada Anda, tentu itu adalah keputusan yang sudah masak dan penuh perhitungan. Untuk itu, pede aja, deh, menerima tugas baru tersebut. 

3. Pelajari Tugas Baru 
Meskipun Anda mendapat petunjuk dari atasan, jangan segan-segan mempelajari semua aspek yang terkait dengan tugas baru Anda. Salah satu aspek yang bisa Anda pelajari adalah memahami job description-nya. Anda jangan sampai tidak memahaminya, karena bila suatu saat terbentur kesulitan, Anda bisa cepat mengambil keputusan tanpa bertentangan dengan petunjuk kerja tersebut. Selain mendalami petunjuk kerja, Anda juga jangan malu-malu bertanya kepada rekan kerja yang pernah menduduki jabatan tersebut. 

4. Siapkan Mental
Keraguan Anda dan “kegugupan” dalam mengemban tugas baru, jangan dibiarkan berlama-lama. Segera siapkan mental dan mulai berbenah diri. Tanpa persiapan mental, Anda bisa salah mengambil langkah pertama. Padahal, langkah awal biasanya menjadi penentu keberhasilan Anda di kemudian hari. Dan, jangan bermental lembek, takut mengambil risiko, dan … jangan takut gagal. 
 
5. Atur Penampilan
Sebagai atasan baru, yang tentu saja setiap saat berhadapan dengan anak buah, jangan sekali-kali mengabaikan penampilan. Mungkin Anda kali ini harus berpakaian necis, berdasi, sepatu lebih mengkilat. Padahal sebelumnya, Anda tidak berpakaian seperti itu. Perubahan penampilan, bila itu harus dilakukan, … lakukanlah dengan segera. Mungkin pertama kali Anda canggung, tapi yakinlah, lama-kelamaan Anda terbiasa. Bahkan mungkin, Anda menjadi lebih enak berpenampilan seperti itu.
 
6. Susun Rencana Kerja
Sebagai supervisor ataupun direktur yang baru, misalnya, Anda diharuskan memiliki rencana atau program kerja. Tuliskan rencana kerja Anda secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami bawahan. Perlu juga rencana Anda tersebut didiskusikan dengan bawahan, untuk menjaring masukan. Setelah matang, barulah Anda menghadap atasan atau dewan direksi, melaporkan rencana yang telah tersusun matang tersebut. 
 
7. Koordinasi
Anda tidak akan lancar dalam bekerja kalau tidak memiliki kemampuan mengoordinasikan bawahan. Dalam koordinasi ini, usahakan ada dua pendekatan yang Anda kuasai, (1) pendekatan komunikatif dan (2) pendekatan profesional. Pendekatan komunikatif “memaksa” Anda mengedepankan komunikasi dua arah --- antara Anda dan bawahan. Tanpa komunikasi yang baik, koordinasi tidak akan berhasil. Sedangkan pendekatan profesional, mengajak Anda untuk bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Anda mengerjakan tugas Anda, sementara bawahan juga wajib menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Dalam pendekatan profesional ini, celah sentimen pribadi harus dihilangkan. Misalnya Anda menjumpai bawahan melakukan kesalahan, Anda wajib menegur, tanpa menyimpan kemarahan yang berlebihan. 
   
8. Bersikap Tegas
Tidak mustahil bawahan Anda, yang sebelumnya satu level dengan Anda, bekerja asal-asalan untuk menjatuhkan Anda. Kadang-kadang, dengan sengaja memberikan laporan yang kurang akurat, “tipu-tipu dikitlah”, istilahnya. Menghadapi bawahan yang “agak bandel”, Anda sebaiknya bersikap tegas. Sehingga bawahan yang bekerja dengan baik, juga akan menghargai Anda karena berani memberi sanksi kepada bawahan yang melakukan kesalahan. Jangan bikin bawahan yang lain geregetan karena Anda tidak berani mengambil sikap tegas.
 
9. Tepat Waktu
Sebagai pimpinan baru yang “mengomandani” anak buah, berusahalah tepat waktu dalam setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya, agendakan rapat tepat waktu, jangan Anda yang malah sering molor atau terlambat. Atur pula misalnya, kapan selesainya suatu pekerjaan, agar tidak terjadi keterlambatan yang akhirnya merugikan perusahaan dan diri Anda sebagai pimpinan. 
 
10. Jangan Sering Mengeluh
Sebagai atasan baru, tentu Anda akan berbenturan dengan tantangan baru. Biasanya, tidak semua tantangan mudah ditaklukkan. Tidak semua pekerjaan bisa dengan mudah dikerjakan. Tidak semua persoalan dengan atasan puncak maupun bawahan dapat cepat diselesaikan. Melihat kondisi seperti ini, usahakan sekuat tenaga untuk tidak… mengeluh! Apalagi mengeluh di depan bawahan. Sulit, memang. Tapi, sebagai orang yang dipercaya mengelola pekerjaan dan sumber daya manusia – meskipun dalam jumlah yang kecil – Anda tetap harus berusaha.

***

Setiap saat, evaluasilah diri Anda. Milikilah waktu-waktu tertentu untuk mengevaluasi diri. Bila perlu buat catatan untuk diri sendiri, “apa yang telah saya lakukan hari ini? Ada perkembangankah dibandingkan hari kemarin?” Dan melalui jalur formal, evaluasi diri Anda sendiri melalui mekanisme rapat atau diskusi, untuk mendengarkan kritik dan masukan dari rekan kerja atau bawahan.
Apa pun caranya, evaluasi diri itu penting. Orang yang tidak mau mengevaluasi diri sendiri, niscaya tidak akan menemukan motivasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan diri sendiri. Dan, dengan mental baja yang telah Anda miliki, Anda pun tidak akan kaget bila dalam proses evaluasi tersebut ada hal-hal yang menyakitkan. Sebab layaknya obat, pahit rasanya tapi bisa menyembuhkan. Begitulah kadang yang Anda alami ketika mengevaluasi diri sendiri. Kadang pahit, menyakitkan, tapi sangat besar artinya bagi kemajuan karier Anda. *****