Senin, September 14, 2009

10 Langkah Sukses Jadi Atasan Baru

Herry Prasetyo 


 Seseorang yang berkarier, pasti menginginkan kedudukan. Kalau bisa, mencapai kedudukan setinggi mungkin. Sehingga tidak selamanya menjadi bawahan, yang selalu diperintah atasan. Dengan menduduki jabatan tertentu, misalnya direktur ataupun supervisor, prestisenya naik dan mendapat penghargaan dari lingkungan kerja maupun keluarga.
 Akan tetapi, ada juga orang yang dalam kariernya belum siap menduduki jabatan tertentu yang dipercayakan kepadanya. Sehingga ketika dipromosikan memangku jabatan baru, misalnya menjadi direktur keuangan atau supervisor pemasaran, ia gelagapan. Segudang pertanyaan muncul dalam benaknya: ‘Mampukah saya?’ ‘Apakah pimpinan sudah pas memilih saya?’ ‘Bagaimana dengan rekan-rekan kerja, apakah mendukung saya, apakah mereka tidak menaruh dendam yang bisa membuat saya jatuh?’
 Bila Anda termasuk orang yang sebenarnya mendapat kepercayaan dari atasan, tetapi masih ragu dan tidak enak hati menjalankannya, apa yang sebaiknya Anda lakukan? Cobalah untuk sejenak melihat tips berikut.

Bersyukur
Pertama kali yang bisa Anda lakukan adalah mengucap syukur kepada Tuhan. Sebab karya Anda diberkati. Karier Anda meningkat, dan kesejahteraan Anda dan keluarga pun meningkat. Ucapkan terima kasih pula kepada atasan Anda, karena dia telah mempercayai Anda menduduki suatu jabatan penting. 

2. Percaya Diri  
  Atasan menunjuk Anda menduduki suatu jabatan tertentu, pasti tidak sembarang pilih. Ia tentu sudah mempertimbangkan jauh-jauh hari, mengevaluasi kinerja Anda dan membandingkan prestasi Anda dengan rekan kerja Anda. Jadi, bila kesimpulan jatuh kepada Anda, tentu itu adalah keputusan yang sudah masak dan penuh perhitungan. Untuk itu, pede aja, deh, menerima tugas baru tersebut. 

3. Pelajari Tugas Baru 
Meskipun Anda mendapat petunjuk dari atasan, jangan segan-segan mempelajari semua aspek yang terkait dengan tugas baru Anda. Salah satu aspek yang bisa Anda pelajari adalah memahami job description-nya. Anda jangan sampai tidak memahaminya, karena bila suatu saat terbentur kesulitan, Anda bisa cepat mengambil keputusan tanpa bertentangan dengan petunjuk kerja tersebut. Selain mendalami petunjuk kerja, Anda juga jangan malu-malu bertanya kepada rekan kerja yang pernah menduduki jabatan tersebut. 

4. Siapkan Mental
Keraguan Anda dan “kegugupan” dalam mengemban tugas baru, jangan dibiarkan berlama-lama. Segera siapkan mental dan mulai berbenah diri. Tanpa persiapan mental, Anda bisa salah mengambil langkah pertama. Padahal, langkah awal biasanya menjadi penentu keberhasilan Anda di kemudian hari. Dan, jangan bermental lembek, takut mengambil risiko, dan … jangan takut gagal. 
 
5. Atur Penampilan
Sebagai atasan baru, yang tentu saja setiap saat berhadapan dengan anak buah, jangan sekali-kali mengabaikan penampilan. Mungkin Anda kali ini harus berpakaian necis, berdasi, sepatu lebih mengkilat. Padahal sebelumnya, Anda tidak berpakaian seperti itu. Perubahan penampilan, bila itu harus dilakukan, … lakukanlah dengan segera. Mungkin pertama kali Anda canggung, tapi yakinlah, lama-kelamaan Anda terbiasa. Bahkan mungkin, Anda menjadi lebih enak berpenampilan seperti itu.
 
6. Susun Rencana Kerja
Sebagai supervisor ataupun direktur yang baru, misalnya, Anda diharuskan memiliki rencana atau program kerja. Tuliskan rencana kerja Anda secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami bawahan. Perlu juga rencana Anda tersebut didiskusikan dengan bawahan, untuk menjaring masukan. Setelah matang, barulah Anda menghadap atasan atau dewan direksi, melaporkan rencana yang telah tersusun matang tersebut. 
 
7. Koordinasi
Anda tidak akan lancar dalam bekerja kalau tidak memiliki kemampuan mengoordinasikan bawahan. Dalam koordinasi ini, usahakan ada dua pendekatan yang Anda kuasai, (1) pendekatan komunikatif dan (2) pendekatan profesional. Pendekatan komunikatif “memaksa” Anda mengedepankan komunikasi dua arah --- antara Anda dan bawahan. Tanpa komunikasi yang baik, koordinasi tidak akan berhasil. Sedangkan pendekatan profesional, mengajak Anda untuk bekerja sesuai dengan tugas masing-masing. Anda mengerjakan tugas Anda, sementara bawahan juga wajib menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Dalam pendekatan profesional ini, celah sentimen pribadi harus dihilangkan. Misalnya Anda menjumpai bawahan melakukan kesalahan, Anda wajib menegur, tanpa menyimpan kemarahan yang berlebihan. 
   
8. Bersikap Tegas
Tidak mustahil bawahan Anda, yang sebelumnya satu level dengan Anda, bekerja asal-asalan untuk menjatuhkan Anda. Kadang-kadang, dengan sengaja memberikan laporan yang kurang akurat, “tipu-tipu dikitlah”, istilahnya. Menghadapi bawahan yang “agak bandel”, Anda sebaiknya bersikap tegas. Sehingga bawahan yang bekerja dengan baik, juga akan menghargai Anda karena berani memberi sanksi kepada bawahan yang melakukan kesalahan. Jangan bikin bawahan yang lain geregetan karena Anda tidak berani mengambil sikap tegas.
 
9. Tepat Waktu
Sebagai pimpinan baru yang “mengomandani” anak buah, berusahalah tepat waktu dalam setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Misalnya, agendakan rapat tepat waktu, jangan Anda yang malah sering molor atau terlambat. Atur pula misalnya, kapan selesainya suatu pekerjaan, agar tidak terjadi keterlambatan yang akhirnya merugikan perusahaan dan diri Anda sebagai pimpinan. 
 
10. Jangan Sering Mengeluh
Sebagai atasan baru, tentu Anda akan berbenturan dengan tantangan baru. Biasanya, tidak semua tantangan mudah ditaklukkan. Tidak semua pekerjaan bisa dengan mudah dikerjakan. Tidak semua persoalan dengan atasan puncak maupun bawahan dapat cepat diselesaikan. Melihat kondisi seperti ini, usahakan sekuat tenaga untuk tidak… mengeluh! Apalagi mengeluh di depan bawahan. Sulit, memang. Tapi, sebagai orang yang dipercaya mengelola pekerjaan dan sumber daya manusia – meskipun dalam jumlah yang kecil – Anda tetap harus berusaha.

***

Setiap saat, evaluasilah diri Anda. Milikilah waktu-waktu tertentu untuk mengevaluasi diri. Bila perlu buat catatan untuk diri sendiri, “apa yang telah saya lakukan hari ini? Ada perkembangankah dibandingkan hari kemarin?” Dan melalui jalur formal, evaluasi diri Anda sendiri melalui mekanisme rapat atau diskusi, untuk mendengarkan kritik dan masukan dari rekan kerja atau bawahan.
Apa pun caranya, evaluasi diri itu penting. Orang yang tidak mau mengevaluasi diri sendiri, niscaya tidak akan menemukan motivasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan diri sendiri. Dan, dengan mental baja yang telah Anda miliki, Anda pun tidak akan kaget bila dalam proses evaluasi tersebut ada hal-hal yang menyakitkan. Sebab layaknya obat, pahit rasanya tapi bisa menyembuhkan. Begitulah kadang yang Anda alami ketika mengevaluasi diri sendiri. Kadang pahit, menyakitkan, tapi sangat besar artinya bagi kemajuan karier Anda. *****  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar